KOLEKSI BUKU

Halaman

Senin, 13 November 2023

Komik Moral

Minggu, 24 September 2023

Modul 3.1.a.8 Koneksi Antar Materi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Modul 3.1.a.8 Koneksi Antar Materi

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Septian Saepul Rohman, Calon Guru Penggerak Angkatan 8

SD Negeri Neglasari  Kabupaten Bogor  Provinsi Jawa Barat

 

 

Berikut ini saya akan mencoba memaparkan sebuah tulisan yang memaparkan pengetahuan yang saya peroleh serta pengalaman belajar saya selama  melewati tahapan-tahapan pembelajaran  dengan membuat sebuah  kesimpulan, berefleksi mengaitkan materi-materi yang sudah dipelajari, baik di dalam modul 3.1. ataupun kaitannya dengan materi di modul lain.

 

Dalam  Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.8 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran saya dipandu dengan beberapa pertanyaan pemantik agar kesimpulan dan refleksi yang saya lakukan dapat lebih bermakna.

 Berikut adalah beberapa pertanyaan pemandu dalam mengaitkan koneksi antar materi 3.1 ini:

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Kita memahami bahwa Filosofi Pratap Triloka terdiri dari tiga semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Semboyan tersebut memiliki arti di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi dan di belakang memberikan dukungan. Konsep filosofis ini menjadi panduan dalam melaksanakan proses pembelajaran kepada murid di sekolah oleh guru. Kaitannya dengan pengambilan keputusan jelas sekali bahwa sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus senantiasa memberikan keteladanan dengan salah satunya adalah dalam proses pengambilan keputusan yang harus memberikan dampak positif bagi semua orang.  Selain memberikan keteladanan seorang  guru juga harus berupaya memnfasilitasi pembelajaran murid lebih bermakna seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan  guru harus mendorong dengan memotivasi murid agar berprestasi dalam proses pembelajarannya. 

Salah satu pandangan Ki Hajar Dewantara yang memiliki relevansi dengan pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran adalah Pendidikan untuk Semua. Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara mendorong pendidikan  tanpa memandang latar belakang atau status sosial, semua orang berhak mendapatkan pendidikan. Dalam konteks pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran diharapkan agar dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil harus berpihak pada semua murid tanpa adanya diskriminasi dengan prinsip keadilan.

 

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

 

 

Dalam pengambilan keputusan kita harus mengacu pada nilai-nilai kebajikan yang kita yakini sebagai pembentuk karakter siswa kita di sekolah. Oleh karena itu seorang  guru seyogyanya memiliki nilai-nilai kebajikan yang terintrenalisasi dalam dirinya.  Dengan demikian akan berpengaruh kepada diri seorang  guru dalam mencptakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukannya.

Nilai-nilai kebajikan itu diantaranya seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan menjadi prinsip dan yang akan mempengaruhi seorang guru dalam mengambil sebuah keputusan  dari dua pilihan yang  berada pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita untuk benar-benar mempertimbangkannya secara baik dan  seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Ketika telah mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat maka itu adalah hasil dari nilai-nilai positif yang menjadi acuan dalam dirinya untuk mengambil sebuah keputusan dengan permasalahan yang kompleks.

3.         Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?

 

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pengajar praktik dan fasilitator membantu saya dalam mengelaborasi pemahaman tentang bagaimana cara pengambilan keputusan yang tepat. Dalam proses tersebut saya diberikan pengalaman belajar untuk mengevaluasi sebuah keputusan yang diambil apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang diyakini atau belum. Karena bagaimanapun sebuah keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin harus menerima konsekuensi yang akan diterima dengan berbagai macam pertimbangan untuk dapat dipertanggungjawabkan. Keputusan yang diambil telah efektif karena sudah melakukannya melalui tahap 9 pengambilan keputusan,

4.    Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dalam pendidikan seringkali mengembalikan perhatian kepada nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Dalam konteks pendidikan, pendidik memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa dan mengajarkan nilai-nilai yang baik. Ketika muncul masalah moral atau etika, studi kasus dapat membantu mendekatkan pemahaman dan tindakan pendidik dengan nilai-nilai yang seharusnya dianut. Dengan belajar memahami  studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dapat memicu pendidik untuk merenungkan nilai-nilai pribadi yang mereka anut. Mereka dapat mempertimbangkan apakah tindakan mereka konsisten dengan nilai-nilai ini atau tidak.

5.    Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

 

Pengambilan keputusan yang tepat dalam lingkungan  memiliki dampak yang signifikan terhadap terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman di sekolah. Keputusan yang tepat membantu menciptakan budaya sekolah yang positif. Ketika siswa, guru, dan staf sekolah melihat bahwa keputusan-keputusan dibuat dengan hati-hati dan berdasarkan pada nilai-nilai yang baik, maka akan lebih cenderung merasa dihargai dan terdorong untuk berperilaku dengan baik. Sehingga dengan merasa puasnya keputusan yang diambil dan dirasakan dampak positif oleh seluruh warga sekolah maka akan tercipata lingkungan yang positif, aman dan nyaman di sekolah.

6.    Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang ada dalam pengambilan keputusan di lingkungan saya dari hasil pengamatan saya adalah terkait dengan kepuasan atau tidaknya yang dapat diterima oleh seluruh warga sekolah karena dengan kepentingan diri sendiri.  Sehingga dengan mempelajari dari paradigma berpikir dari seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan perlu terus dilatih dan diupayakan sehingga setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya.

7.    Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan dalam konteks pengajaran sangat berpengaruh pada apakah pengajaran tersebut memerdekakan murid-murid kita atau tidak. Keputusan-keputusan yang diambil oleh pendidik memiliki dampak yang signifikan pada pengalaman belajar siswa. Misalnya dalam Pengambilan keputusan dalam pemilihan kurikulum dan materi ajar harus memperhatikan beragam potensi dan minat murid. Guru perlu memilih sumber daya yang dapat mengakomodasi berbagai gaya belajar dan tingkat kemampuan. Ini memungkinkan murid untuk memiliki pengalaman pembelajaran yang lebih relevan dan menarik.

Dalam memutuskan pembelajaran yang tepat sesuai dengan potensi murid yang beragam guru harus mengambil sebuah keputusan dengan merencanakan strategi atau metode metode pengajaran yang cocok dengan kebutuhan murid. Sehingga semua siswa, kebutuhan belajarnya dapat terpenuhi.

8.    Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk masa depan dan kehidupan murid-muridnya melalui pengambilan keputusan yang bijak dan efektif. Keputusan tentang bagaimana materi diajarkan dan bagaimana siswa dievaluasi dapat memengaruhi pemahaman dan penyerapan materi oleh siswa. Pengajaran yang efektif dan inspiratif dapat membantu siswa mengembangkan minat dalam belajar dan memotivasi mereka untuk mencapai prestasi lebih tinggi.

9.    Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kemampuan yang perlu  dimiiki oleh guru sebagai pendidik.  Sebagai seorang guru dalam pengambilan keputusan harus berlandaskan pada konsep filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Hal ini karena setiap keputusan yang diambil akan harus berpihak pada murid dan kebermanfataannya untuk murid. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang dapat berpihak paa murid dan berdampak positif untuk kemajuan sekolah arahanya pada pengkondisian budaya positif di sekolah dengan menggunakan alur Bagja. Dalam pengambilan keputusan tersebut akan menemui sebuah kondisi permasalahan yang bersifat dilema etika dan bujukan moral.

Agar keputusan kita efektif dan berdampak positif diperlukan kemampuan untuk pengambilan keputusan dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga langkah yang diambil selalu berpihak kepada murid.

10.     Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari pada modul 3.1 ini adalah pemahaman tentang perbedaan antara dilema etika dan bujuk moral. Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah. Kemudian saya juga memahami bahwa dalam pengambilan keputusan terdapat 4 paradigma dilema etika yang dapat digunakan yaitu paradigma individu lawan masyarakat, paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan, paradigma kebenaran lawan kesetiaan, dan paradigma jangka pendek lawan jangka panjang.

Sementara itu, untuk pengambilan keputusan diperlukan prinsip-prinsip yang melandasinya. Terdapat tiga prinsip yang akan membantu dalam menghadapi sejumlah pilihan yang penuh dengan tantangan dalam pengambilan keputusan, yakni  Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Selanjutnya, segala keputusan yang diambil haruslah tepat, arif, dan bijaksana. Maka sebagai seorang pemimpin pembelajaran membutuhkan pengujian yang selaras dengan prinsip dasar pengambilan keputusan yang etis. Terdapat sembilan langkah untuk menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang terkadang menggiring kita ke dalam situasi dan nilai yang bertentangan. Kesembilan langkah tersebut adalah: Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini, Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, pengujian benar atau salah yang terdiri dari  uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.

Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, melakukan Prinsip Resolusi, Investigasi Opsi Trilema, Buat Keputusan dan yang terakhir lihat lagi keputusan dan refleksikan.

 

11.     Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

 

 

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil  keputusan dengan situasi dilema etika, namun yang saya lakukan berdasarkan pada pertimbangan konsekuensi dari keputusan yang diambil. Kemudian di dalam proses pengambilan tersebut selalu meminta pendapat kepada pihak lain yang dapat memberikan ide/gagasan untuk menyelesaikan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Adapun perbedaan yang saya rasakan dari mempelajari modul ini dengan membandingkan sebelum dan sesudah saya mempelajari materi ini, menambah pengetahuan saya untuk dapat menggunakan langkah-langkah tertentu  sebelum mengambil sebuah keputusan pada kondisi dilema etika.

12.     Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Perubahan yang terjadi setelah mempelajari modul ini mengubah cara berpikir saya dan pertimbangan yang harus dilakukan ketika mau mengambil sebuah keputusan, terutama keputusan yang bersifat dilema etika.  Dalam modul ini saya mempelajari  terdapat 4 paradigma dilema etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah.

13.     Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting sekali. Karena dalam dunia pendidikan terutama guru yang melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik akan banyak menemui permasalahan yang terkair dengan dilema etika. Hal ini karena seorang guru harus mampu dalam setiap kebijakannya berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang dianutnya sehingga tercipta sebuah keputusan yang dapat berpihak pada murid dan dampak dari keputusan tersebut dapat dirasakan oleh seluruh warga sekolah. 

Modul 3.1.a.8 Koneksi Antar Materi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Septian Saepul Rohman, Calon Guru Penggerak Angkatan 8 SD Negeri Neglasari Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Berikut ini saya akan mencoba memaparkan sebuah tulisan yang memaparkan pengetahuan yang saya peroleh serta pengalaman belajar saya selama melewati tahapan-tahapan pembelajaran dengan membuat sebuah kesimpulan, berefleksi mengaitkan materi-materi yang sudah dipelajari, baik di dalam modul 3.1. ataupun kaitannya dengan materi di modul lain. Dalam Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.8 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran saya dipandu dengan beberapa pertanyaan pemantik agar kesimpulan dan refleksi yang saya lakukan dapat lebih bermakna. Berikut adalah beberapa pertanyaan pemandu dalam mengaitkan koneksi antar materi 3.1 ini: 1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil? Kita memahami bahwa Filosofi Pratap Triloka terdiri dari tiga semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Semboyan tersebut memiliki arti di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi dan di belakang memberikan dukungan. Konsep filosofis ini menjadi panduan dalam melaksanakan proses pembelajaran kepada murid di sekolah oleh guru. Kaitannya dengan pengambilan keputusan jelas sekali bahwa sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus senantiasa memberikan keteladanan dengan salah satunya adalah dalam proses pengambilan keputusan yang harus memberikan dampak positif bagi semua orang. Selain memberikan keteladanan seorang guru juga harus berupaya memnfasilitasi pembelajaran murid lebih bermakna seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan guru harus mendorong dengan memotivasi murid agar berprestasi dalam proses pembelajarannya. Salah satu pandangan Ki Hajar Dewantara yang memiliki relevansi dengan pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran adalah Pendidikan untuk Semua. Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara mendorong pendidikan tanpa memandang latar belakang atau status sosial, semua orang berhak mendapatkan pendidikan. Dalam konteks pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran diharapkan agar dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil harus berpihak pada semua murid tanpa adanya diskriminasi dengan prinsip keadilan. 2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Dalam pengambilan keputusan kita harus mengacu pada nilai-nilai kebajikan yang kita yakini sebagai pembentuk karakter siswa kita di sekolah. Oleh karena itu seorang guru seyogyanya memiliki nilai-nilai kebajikan yang terintrenalisasi dalam dirinya. Dengan demikian akan berpengaruh keModul 3.1.a.8 Koneksi Antar Materi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaranpada diri seorang guru dalam mencptakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukannya. Nilai-nilai kebajikan itu diantaranya seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan menjadi prinsip dan yang akan mempengaruhi seorang guru dalam mengambil sebuah keputusan dari dua pilihan yang berada pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita untuk benar-benar mempertimbangkannya secara baik dan seksama untuk mengambil keputusan yang benar. Ketika telah mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat maka itu adalah hasil dari nilai-nilai positif yang menjadi acuan dalam dirinya untuk mengambil sebuah keputusan dengan permasalahan yang kompleks. 3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pengajar praktik dan fasilitator membantu saya dalam mengelaborasi pemahaman tentang bagaimana cara pengambilan keputusan yang tepat. Dalam proses tersebut saya diberikan pengalaman belajar untuk mengevaluasi sebuah keputusan yang diambil apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang diyakini atau belum. Karena bagaimanapun sebuah keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin harus menerima konsekuensi yang akan diterima dengan berbagai macam pertimbangan untuk dapat dipertanggungjawabkan. Keputusan yang diambil telah efektif karena sudah melakukannya melalui tahap 9 pengambilan keputusan, 4. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? Studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dalam pendidikan seringkali mengembalikan perhatian kepada nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Dalam konteks pendidikan, pendidik memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa dan mengajarkan nilai-nilai yang baik. Ketika muncul masalah moral atau etika, studi kasus dapat membantu mendekatkan pemahaman dan tindakan pendidik dengan nilai-nilai yang seharusnya dianut. Dengan belajar memahami studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dapat memicu pendidik untuk merenungkan nilai-nilai pribadi yang mereka anut. Mereka dapat mempertimbangkan apakah tindakan mereka konsisten dengan nilai-nilai ini atau tidak. 5. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman? Pengambilan keputusan yang tepat dalam lingkungan memiliki dampak yang signifikan terhadap terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman di sekolah. Keputusan yang tepat membantu menciptakan budaya sekolah yang positif. Ketika siswa, guru, dan staf sekolah melihat bahwa keputusan-keputusan dibuat dengan hati-hati dan berdasarkan pada nilai-nilai yang baik, maka akan lebih cenderung merasa dihargai dan terdorong untuk berperilaku dengan baik. Sehingga dengan merasa puasnya keputusan yang diambil dan dirasakan dampak positif oleh seluruh warga sekolah maka akan tercipata lingkungan yang positif, aman dan nyaman di sekolah. 6. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? Tantangan yang ada dalam pengambilan keputusan di lingkungan saya dari hasil pengamatan saya adalah terkait dengan kepuasan atau tidaknya yang dapat diterima oleh seluruh warga sekolah karena dengan kepentingan diri sendiri. Sehingga dengan mempelajari dari paradigma berpikir dari seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan perlu terus dilatih dan diupayakan sehingga setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya. 7. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? Pengambilan keputusan dalam konteks pengajaran sangat berpengaruh pada apakah pengajaran tersebut memerdekakan murid-murid kita atau tidak. Keputusan-keputusan yang diambil oleh pendidik memiliki dampak yang signifikan pada pengalaman belajar siswa. Misalnya dalam Pengambilan keputusan dalam pemilihan kurikulum dan materi ajar harus memperhatikan beragam potensi dan minat murid. Guru perlu memilih sumber daya yang dapat mengakomodasi berbagai gaya belajar dan tingkat kemampuan. Ini memungkinkan murid untuk memiliki pengalaman pembelajaran yang lebih relevan dan menarik. Dalam memutuskan pembelajaran yang tepat sesuai dengan potensi murid yang beragam guru harus mengambil sebuah keputusan dengan merencanakan strategi atau metode metode pengajaran yang cocok dengan kebutuhan murid. Sehingga semua siswa, kebutuhan belajarnya dapat terpenuhi. 8. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? Seorang pemimpin pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk masa depan dan kehidupan murid-muridnya melalui pengambilan keputusan yang bijak dan efektif. Keputusan tentang bagaimana materi diajarkan dan bagaimana siswa dievaluasi dapat memengaruhi pemahaman dan penyerapan materi oleh siswa. Pengajaran yang efektif dan inspiratif dapat membantu siswa mengembangkan minat dalam belajar dan memotivasi mereka untuk mencapai prestasi lebih tinggi. 9. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kemampuan yang perlu dimiiki oleh guru sebagai pendidik. Sebagai seorang guru dalam pengambilan keputusan harus berlandaskan pada konsep filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Hal ini karena setiap keputusan yang diambil akan harus berpihak pada murid dan kebermanfataannya untuk murid. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang dapat berpihak paa murid dan berdampak positif untuk kemajuan sekolah arahanya pada pengkondisian budaya positif di sekolah dengan menggunakan alur Bagja. Dalam pengambilan keputusan tersebut akan menemui sebuah kondisi permasalahan yang bersifat dilema etika dan bujukan moral. Agar keputusan kita efektif dan berdampak positif diperlukan kemampuan untuk pengambilan keputusan dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga langkah yang diambil selalu berpihak kepada murid. 10. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? Pemahaman saya terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari pada modul 3.1 ini adalah pemahaman tentang perbedaan antara dilema etika dan bujuk moral. Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah. Kemudian saya juga memahami bahwa dalam pengambilan keputusan terdapat 4 paradigma dilema etika yang dapat digunakan yaitu paradigma individu lawan masyarakat, paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan, paradigma kebenaran lawan kesetiaan, dan paradigma jangka pendek lawan jangka panjang. Sementara itu, untuk pengambilan keputusan diperlukan prinsip-prinsip yang melandasinya. Terdapat tiga prinsip yang akan membantu dalam menghadapi sejumlah pilihan yang penuh dengan tantangan dalam pengambilan keputusan, yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Selanjutnya, segala keputusan yang diambil haruslah tepat, arif, dan bijaksana. Maka sebagai seorang pemimpin pembelajaran membutuhkan pengujian yang selaras dengan prinsip dasar pengambilan keputusan yang etis. Terdapat sembilan langkah untuk menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang terkadang menggiring kita ke dalam situasi dan nilai yang bertentangan. Kesembilan langkah tersebut adalah: Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini, Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, pengujian benar atau salah yang terdiri dari uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, melakukan Prinsip Resolusi, Investigasi Opsi Trilema, Buat Keputusan dan yang terakhir lihat lagi keputusan dan refleksikan. 11. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini? Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika, namun yang saya lakukan berdasarkan pada pertimbangan konsekuensi dari keputusan yang diambil. Kemudian di dalam proses pengambilan tersebut selalu meminta pendapat kepada pihak lain yang dapat memberikan ide/gagasan untuk menyelesaikan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Adapun perbedaan yang saya rasakan dari mempelajari modul ini dengan membandingkan sebelum dan sesudah saya mempelajari materi ini, menambah pengetahuan saya untuk dapat menggunakan langkah-langkah tertentu sebelum mengambil sebuah keputusan pada kondisi dilema etika. 12. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini? Perubahan yang terjadi setelah mempelajari modul ini mengubah cara berpikir saya dan pertimbangan yang harus dilakukan ketika mau mengambil sebuah keputusan, terutama keputusan yang bersifat dilema etika. Dalam modul ini saya mempelajari terdapat 4 paradigma dilema etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. 13. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin? Sangat penting sekali. Karena dalam dunia pendidikan terutama guru yang melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik akan banyak menemui permasalahan yang terkair dengan dilema etika. Hal ini karena seorang guru harus mampu dalam setiap kebijakannya berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang dianutnya sehingga tercipta sebuah keputusan yang dapat berpihak pada murid dan dampak dari keputusan tersebut dapat dirasakan oleh seluruh warga sekolah.

Jumat, 18 Agustus 2023

KONEKSI ANTAR MATERI 2.2

                                  

1.        Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?

Pemimpin pembelajaran memiliki  peran penting dalam mengarahkan, mengelola, dan mendorong proses pembelajaran. Pemimpin pembelajaran bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif, mendorong partisipasi aktif siswa, merancang pengalaman pembelajaran yang menarik, memberikan bimbingan, memberikan umpan balik, dan mengidentifikasi kesempatan untuk pengembangan diri siswa. Dalam melakukan perannya tersebut seorang guru harus memahami pembelajaran sosial dan emosional. Karena dengan memahami pembelajaran sosial dan emosinal akan mampu menjadi pemimpin pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa, mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa, dan menciptakan suasana yang mendukung eksplorasi dan pemecahan masalah sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat

  1. Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Sikap positif tersebut harus menjadi fokus perubahan dalam bersikap yang harus diimplementasikan oleh kita sebagai guru yang ingin merancang sebuah proses pembelajaran dengan berpihak pada murid. Hal ini memiliki relevansi dengan urgensi dari pembelajaran sosial emosional yaitu terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik.

 

2. Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?

Pembelajaran sosial dan emosional memiliki relevansi dengan filosofis Ki Hajar Dewantara yang kita pelajari pada modul-modul sebelumnya. Hal ini terlihat  dalam konsep pendidikan yang holistik dan berfokus pada pengembangan karakter serta potensi bakat dan minat peserta didik. Ki Hajar Dewantara dalam pemikirannya memiliki pandangan di dalam melaksanakan proses pembelajaran harus berupaya   melibatkan aspek sosial, emosional, dan karakter sehingga tercipta  proses pendidikan humanisme atau memanusiakan manusia.

Selain itu pembelajaran sosial emosional  akan mengembangkan keterampilan siswa dalam bersikap positif seperti  empati, tanggung jawab, dan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Hal ini sesuai dengan pemikiran KI Hajar Dewantara yakni guru selain mngembangkan kognitif murid pembentukan karakter berupa etika yang sesuai dengan nilai-nilai profil pelajar pancasila harus menjadi perhatian para guru. Karena menurut beliau pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang bagaimana mengelola emosi dan berinteraksi dengan lingkungan sosial. Pembelajaran sosial dan emosional mengajarkan keterampilan mengenali emosi, mengatasi stres, dan berkomunikasi secara efektif dalam interaksi sosial. Dari hasil proses pembelajaran dengan sosial emosional ini akan secara otomatis menumbuhukan budaya positif dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

Kita mengetahui bahwa filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menekankan pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung (learning by doing). Pembelajaran sosial dan emosional juga mendorong siswa untuk belajar melalui pengalaman sosial, seperti kerjasama dalam kelompok, berbicara di depan umum, dan memecahkan masalah bersama secara kontekstual sehingga siswa dapat mengalami langsung dan merasakan serta menerapkan materi yang dipelajari di sekolah untuk dilakukan aksi nyata dalam kehidupan sehari-harinya.

Pembelajaran sosial dan emosional  melibatkan pengenalan nilai-nilai budaya, toleransi, dan penghargaan terhadap keragaman. Dengan mengimplementasikan pembelajaran sosial dan emosional kita sebagai guru sudah melakukan proses pembelajaran diferensiasi akan dalam merancang strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan akan selalu memperhatikan kebutuhan, minat dan  profil belajar murid. Sehingga PSE dan Pembelajaran diferensiasi ini akan sinergis dalam mencapai pendidikan yang bermakna dan berdampak positif dalam kehidupan siswa.

 

KESIMPULAN

Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa pembelajaran sosial dan emosional ini hanyalah pelengkap dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk mengkondisikan siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran sehingga dengan mengkondisikan siswa terlebih dahulu akan mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan lebih baik.

Setelah mempelajari modul ini, ternyata pembelajaran sosial dan emosional ini bukan hanya pelengkap dan sekedar mengisi kegiatan pembelajaran agar lebih kreatif, namun lebih daripada itu pembelajaran sosial dan emosional ini harus terus diupayakan oleh guru dengan mengintegrasikan dalam setiap rancangan pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi sosial emosional siswa sehingga membentuk siswa yang memiliki kemampuan sosial dan emosional yang baik.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being),  3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:

Pentingnya PSE untuk peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik.

Berkaitan dengan no 2, perubahan yang akan saya terapkan di  kelas dan sekolah

bagi murid-murid:

Perubahan yang akan coba saya lakukan untuk meningkatkan KSE (Keterampilan Sosial dan Emosional) bagi siswa adalah dengan cara  melibatkan mereka secara aktif dalam berbagai kegiatan dalam mengembangkan  keterampilan sosial dan emosional terutama dalam proses pembelajaran yang dilakukan.  Berikut adalah beberapa kegiatan yang akan coba saya lakukan:

1. Mengembangkan sikap empati (KSE Keterampilan Berelasi)

Bentuk Kegiatan :

§  Diskusi tentang perasaan dan emosi misalnya dengan mengajak siswa untuk mengungkapkan tentang perasaan mereka secara jujur dan mau  berbagi pengalaman, serta saling menghargai dengan  mendengarkan satu sama lain.

§  Menggunakan metode bermain peran yang dapat melibatkan emosi untuk mengembangkan sikap empati kepada orang lain

2. Meningkatkan kemampuan dalam berkolaborasi dengan baik (KSE Keterampilan Berelasi)

Bentuk Kegiatan :

§  Melaksanakan proyek yang dapat dikerjakan secara kolaboratif. Proyek berbentuk tugas yang mengharuskan adanya kerja sama, pembagian tugas yang efektif serta dapat melatih kemampuan komunikasi efektif dalam mengemukakan ide dan gagasannya nanti.

 

§  Menerapkan metode permainan kelompok. Pada permainan ini diharapkan dapat melatih  serta  mendorong  setiap siswa untuk berkolaborasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

bagi rekan sejawat:

Perubahan yang akan saya terapkan di sekolah dalam meningkatkan keterampilan sosial dan emosional bagi rekan sejawat adalah selalu menjalin hubungan yang positif sehingga sikap empati antara rekan sejawat dapat terlihat  sehingga tercipta lingkungan kerja yang positif.

Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah mendorong kepala sekolah untuk mengadakan pelatihan bagi guru di sekolah yang bersifat internal dengan pembahasan materi yang dipelajari terkait pengembangan empati, saling menghargai dan memahami perbedaan pendapat atau ide gagasan yang dimiliki setiap rekan guru di sekolah. 

Selain itu program pemberian umpan balik secara konsisten antara rekan guru dapat disikapi positif oleh semua guru. Umpan balik yang dimaksud adalah umpan balik yang konstruktif yang dapat meningkatkan keterampilan sosial emosional setiap guru.

Perubahan selanjutnya adalah menghindari konflik antar rekan sejawat dengan meningkatkan kemampuan dalam komunikasi efektif sehingga terhindar dari kesalahpahaman yang dapat memantik sebuah konflik lebih luas lagi.

Saling berbagi antar Guru sehingga semua guru dapat belajar cara mengatasi konflik dengan rekan kerja, siswa, dan orangtua dengan cara yang konstruktif. Dengan pengelolaan konflik yang baik  dapat  membantu menciptakan lingkungan yang positif sesuai dengan tujuan dari penerapan pembelajaran sosial emosional.

Ketika pendekatan KSE ini dilakukan  pada rekan sejawat  kemudian dapat dikuasai dengan baik maka guru akan lebih mudah  dalam mengondisikan siswa dan   akan berdampak positif pada kegiatan  proses pembelajaran yang dilakukan.

 

Minggu, 13 Agustus 2023

ARTIKEL AKSI NYATA MODUL 1.4

IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

 MELALUI KEYAKINAN KELAS DI SD NEGERI NEGLASARI

Disusun Oleh:

Septian Saepul Rohman, S.Pd.SD.,Gr  

Calon Guru Penggerak Angkatan 8  SD Negeri  Neglasari  Kec. Tanjungsari Kab. Bogor

 

 

A. LATAR BELAKANG

Di era saat ini, peserta didik kita  mengalami berbagai perubahan dalam cara mereka berinteraksi dengan lingkungan, belajar, dan berperilaku. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya perkembangan teknologi dengan akses informasi yang begitu cepatnya serta pola interaksi signifikan pada media sosial.  Faktor-faktor tersebut menjadi latar belakang kondisi peserta didik kita saat ini mengalami  perubahan perilaku yang berbeda sehingga  perlu menjadi perhatian para pendidik untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan proses pendidikan di sekolah. Berikut ini adalah penjelasan terkait dengan faktor tersebut:

 

1.      Perkembangan Teknologi:

Perkembangan  teknologi dan akses mudah ke internet telah mengubah cara peserta didik kita dalam  mendapatkan informasi, berkomunikasi, dan belajar. Banyak waktu yang mereka habiskan dengan penggunaan  perangkat digital, seperti smartphone, tablet, dan komputer. Hal ini telah berdampak pada perilaku mereka, termasuk pola tidur yang terganggu akibat waktu layar yang berlebihan dan peningkatan interaksi melalui platform media sosial sehingga hal ini berpengaruh terhadap gaya belajar mereka.

2.      Akses Informasi yang Cepat:

Semakin mudahnya informasi yang diperoleh peserta didik memiliki peluang untuk memperluas pengetahuannya di luar lingkungan sekolahnya. Namun dalam sisi negatifnya peserta didik kita berkaitan dengan dampaknya adalah dapat mendorong perilaku yang malas dalam berusaha  dan kurangnya ketekunan dalam menjalani proses belajar yang lebih utuh dan kompleks. Serta banyaknya konten dalam informasi tersebut yang bersifat negatif dan ditiru oleh peserta didik kita yang belum punya keyakinan dalam melakukan kekonsistenan dalam berperilaku positif.

 

Dengan berbagai faktor ini, perilaku peserta didik kita  di era saat ini menjadi semakin kompleks dan beragam. Pendidik, orang tua, dan masyarakat perlu berkolaborasi dan peduli untuk memahami perubahan ini dan memberikan proses pendidikan  yang tepat agar peserta didik kita  dapat mengembangkan perilaku yang positif, adaptif, dan mampu mengatasi permasalahan yang ditemuinya dalam  menghadapi tantangan zaman moderen.

Idealnya sebuah sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi peserta didik. Hal ini memiliki relevansi dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pembelajaran itu harus berfokus pada perkembangan murid yang holistik baik itu yang bersifat kognitif maupun non kognitif.

Hal yang dapat kita mulai lakukan adalah mengimplementasikan budaya positif di sekolah Budaya positif di sekolah dapat dibangun dengan membentuk keyakinan kelas dan menerapkan segitiga restitusi. Dengan budaya positif kita akan mampu mendisiplinkan peserta didik tanpa hukuman dan pemberian reward bagi peserta didik yang berperilaku seuai dengan keyakinan kelas yang disepakati. Dalam budaya positif ini penerapan segitiga restitusi menjadi sangat penting dan sangat baik untuk diimplementasikan dalam mewujudkan budaya positiif di sekolah sehingga pembentukan karakter peserta didik yang positif akan dapat lebih mudah terwujud.

 

B. TUJUAN

1.   Mengimplementasikan budaya positif dilingkungan SD Negeri Neglasari untuk membentuk profil pelajar pancasila.

2.   Menanamkan nilai kebajikan melalui  keyakinan dan kesepakatan kelas yang sudah disepakati bersama.

3.   Mengintegrasikan nilai-nilai profil pelajar pancasila melalui budaya positif.

4.   Menggunakan segitiga restitusi sebagai pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan ketidakdisiplinan siswa.

5.   Menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri setiap peserta didik.

6.   Melatih peserta didik dalam menemukan solusi dalam menyelesaikan sebuah  permasalahan yang dihadapi.

 

C. TOLOK UKUR

1.  Dapat diterapkannya penggunaan pendekatan disiplin positif dalam menyelesaikan permasalahan ketidakdisiplinan peserta didik.

2.   Dapat diimplementasikannya pendekatan segitiga restitusi sebagai cara menangani ketidakdisiplinan siswa.

3.   Terbentuknya keyakinan  dan kesepakatan kelas untuk mewujudkan budaya positif. 

4.   Terwujudnya budaya positif di kelas/sekolah secara konsisten di setiap kelas.

 

E. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

1.    Adanya kolaborasi yang positif dengan orang tua/wali peserta didik.

2.    Keteladanan yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah dalam menciptakan budaya positif di sekolah.

3.    Tersedianya sarana prasarana untuk menunjang kelancaran dalam me

4.    Kerjasama Kepala Sekolah, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan agar dapat konsisten dalam menerapkan budaya positif

 

F. DESKRIPSI AKSI NYATA

Dalam melaksanakan aksi nyata ini, saya memulai dari koordinasi dengan kepala sekolah dan berdiskusi dengan guru lainnya. Kegiatan  koordinasi ini saya lakukan untuk menyampaikan perencanaan yang saya buat terkait aksi nyata 1.4 . Aksi nyata ini terdiri dari dua kegiatan yang harus dikerjakan oleh para CGP. Yang pertama mengimplementasikan budaya positif di kelas kita dan kedua mendiseminasikan kembali kepada rekan guru lainnya sehingga budaya positif ini dapat dilakukan di semua kelas.

Pada aksi nyata 1.4 ini yang terkait dengan implementasi di kelas, saya membuat sebuah kesepatan dan keyakinan kelas sebagai dasar dalam pelaksanaan budaya positif. Sedangkan dalam aksi nyata 1.4. terkait dengan perencanaan  Diseminasi Budaya Positif yang diajukan terlaksana pada hari sabtu, 5 Agustus 2023 bertempat di SD Negeri Mekarsari kecamatan Tanjungsari.

Selanjutnya kami mempersiapkan kegiatan diseminasi yang meliputi, materi dalam bentuk power point, undangan, daftar hadir, dan lain – lain yang disimpan di googledrive sehingga semua pendidik dapat melihat dan mengunduhnya dengan seksama.

Kegiatan Diseminasi Budaya Positif  dihadiri oleh kepala sekolah dan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan dari SD Neglasari dan SDN Mekarsari. Dalam kesempatan ini kepala sekolah  menyampaikan bahwa Diseminasi Budaya Positif merupakan kegiatan penting untuk dapat diikuti oleh semua guru sehingga tidak kaku lagi dalam mendisiplinkan peserta didiknya dengan menghindari sanksi atau hukuman.

Harapan Ibu Kepala Sekolah dari pelaksanaan diseminasi budaya positif ini dapat dipahami oleh semua guru – guru di SD Negeri Neglasari dan SD N Mekarsari sehingga dapat terimplementasikan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Sehingga semangat dari kurikulum merdeka dalam membentuk profil pelajar pancasila dapat terwujud.

 

 

G. HASIL DARI AKSI NYATA

Hasil dari aksi nyata yang dilakukan berupa  diseminasi budaya positif  menghasilkan sebuah pemahaman yang utuh bagi para guru dalam melakukan proses pendisiplinan kepada peserta didik tanpa harus dengan hukuman atau sanksi.  Selain itu para guru memiliki gambaran secara tekniksnya bagaimana melakukan pendekatan strategi segitiga restitusi untuk mendisiplinkan peserta didik dengan konsep budaya positif. Terkait dengan kesepakatan kelas dan keyakinan yang dibuat oleh guru, para guru diberikan keleluasaan untuk berbagi ide dan gagasan dalam mengemukakan contoh strategi kesepakatan atau keyakinan kelas yang akan dibuat di kelasnya masing-masing sehingga dapat menunjang proses pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan serta berpihak pada murid.

 

H. PEMBELAJARAN YANG DI DAPAT DARI AKSI NYATA

Pembelajaran yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan aksi nyata ini kami dapat berkolaborasi, bertukar ide gagasan dan saling mendukung dalam upaya mengimplementasikan budaya positif di kelas.

Saya menyadari bahwa untuk melakukan sebuah perubahan tidak cukup dilakukan sendiri namun butuh dukungan dan kolaborasi dari rekan-rekan guru lainnya. Sehingga yang menjadi visi dan misi sekolah dapat terwujud dan sebagai realisasi dari prakarsa perubahan yang telah ditetapkan.

 

I. RENCANA PERBAIKAN

Hasil dari refleksi maupun evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang memang harus diperbaiki. Pertama terkait dengan kepemimpinan pembelajaran, guru harus mulai meningkatkan kekonsistenan untuk melakukan budaya positif di kelasnya dengan berpedoman pada keyakinan kelas yang telah disepakatinya. Terkait dengan rencana ke depan saya dan rekan guru di sekolah akan terus berupaya menciptakan sebuah proses pembelajaran yang berpihak pada murid dan dapat mengembangkan kompetensi yang dimiliki peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.

Harapan saya bersama rekan guru di sekolah di dalam implementasinya dalam menerapkan budaya positif dapat terus dilakukan secara kolaboratif  dan mendapat dukungan dari kepada Sekolah. Selain itu seoga kedepannya akan banyak pelatihan yang dapat diikuti oleh semua guru di sekolah kami sehingga dapat menguatkan pemahaman saya terkait dengan budaya positif ini.

 

 

 

J. DOKUMENTASI KEGIATAN MEMBUAT KEYAKINAN KELAS






K. DOKUMENTASI  KEGIATAN  DISEMINASI BUDAYA POSITIF