1.
Apa kesimpulan
tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin
pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?
Pemimpin pembelajaran memiliki peran penting dalam mengarahkan, mengelola,
dan mendorong proses pembelajaran. Pemimpin pembelajaran bertanggung jawab
untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif, mendorong partisipasi aktif
siswa, merancang pengalaman pembelajaran yang menarik, memberikan bimbingan,
memberikan umpan balik, dan mengidentifikasi kesempatan untuk pengembangan diri
siswa. Dalam melakukan perannya tersebut seorang guru harus memahami
pembelajaran sosial dan emosional. Karena dengan memahami pembelajaran sosial
dan emosinal akan mampu menjadi pemimpin pembelajaran sehingga dapat memotivasi
siswa, mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa, dan menciptakan suasana yang
mendukung eksplorasi dan pemecahan masalah sehingga apa yang menjadi tujuan
pembelajaran akan mudah tercapai.
Pembelajaran
Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi
ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah
memperoleh dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
- Memahami,
menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
- Menetapkan
dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
- Merasakan
dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
- Membangun
dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
- Membuat
keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung
jawab)
Sikap positif tersebut harus
menjadi fokus perubahan dalam bersikap yang harus diimplementasikan oleh kita
sebagai guru yang ingin merancang sebuah proses pembelajaran dengan berpihak
pada murid. Hal ini memiliki relevansi dengan urgensi dari pembelajaran sosial
emosional yaitu terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan
sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan
sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian
akademik yang lebih baik.
2. Apa kaitan
pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul
sebelumnya?
Pembelajaran sosial dan
emosional memiliki relevansi dengan filosofis Ki Hajar Dewantara yang kita
pelajari pada modul-modul sebelumnya. Hal ini terlihat dalam konsep pendidikan yang holistik dan
berfokus pada pengembangan karakter serta potensi bakat dan minat peserta
didik. Ki Hajar Dewantara dalam pemikirannya memiliki pandangan di dalam
melaksanakan proses pembelajaran harus berupaya melibatkan aspek sosial, emosional, dan karakter
sehingga tercipta proses pendidikan
humanisme atau memanusiakan manusia.
Selain itu pembelajaran sosial
emosional akan mengembangkan
keterampilan siswa dalam bersikap positif seperti empati, tanggung jawab, dan sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain. Hal ini sesuai dengan pemikiran KI Hajar
Dewantara yakni guru selain mngembangkan kognitif murid pembentukan karakter
berupa etika yang sesuai dengan nilai-nilai profil pelajar pancasila harus
menjadi perhatian para guru. Karena menurut beliau pendidikan tidak hanya
tentang pengetahuan, tetapi juga tentang bagaimana mengelola emosi dan
berinteraksi dengan lingkungan sosial. Pembelajaran sosial dan emosional
mengajarkan keterampilan mengenali emosi, mengatasi stres, dan berkomunikasi
secara efektif dalam interaksi sosial. Dari hasil proses pembelajaran dengan
sosial emosional ini akan secara otomatis menumbuhukan budaya positif dalam
proses pembelajaran yang dilakukan.
Kita mengetahui bahwa filosofi
pendidikan Ki Hajar Dewantara menekankan pembelajaran berdasarkan pengalaman
langsung (learning by doing). Pembelajaran sosial dan emosional juga mendorong
siswa untuk belajar melalui pengalaman sosial, seperti kerjasama dalam
kelompok, berbicara di depan umum, dan memecahkan masalah bersama secara
kontekstual sehingga siswa dapat mengalami langsung dan merasakan serta menerapkan
materi yang dipelajari di sekolah untuk dilakukan aksi nyata dalam kehidupan
sehari-harinya.
Pembelajaran sosial dan
emosional melibatkan pengenalan
nilai-nilai budaya, toleransi, dan penghargaan terhadap keragaman. Dengan
mengimplementasikan pembelajaran sosial dan emosional kita sebagai guru sudah
melakukan proses pembelajaran diferensiasi akan dalam merancang strategi
pembelajaran yang akan dilaksanakan akan selalu memperhatikan kebutuhan, minat
dan profil belajar murid. Sehingga PSE
dan Pembelajaran diferensiasi ini akan sinergis dalam mencapai pendidikan yang
bermakna dan berdampak positif dalam kehidupan siswa.
KESIMPULAN
Sebelum mempelajari modul ini,
saya berpikir bahwa pembelajaran sosial dan emosional ini hanyalah pelengkap
dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk mengkondisikan siswa sebelum
mengikuti proses pembelajaran sehingga dengan mengkondisikan siswa terlebih
dahulu akan mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan lebih
baik.
Setelah mempelajari modul ini, ternyata
pembelajaran sosial dan emosional ini bukan hanya pelengkap dan sekedar mengisi
kegiatan pembelajaran agar lebih kreatif, namun lebih daripada itu pembelajaran
sosial dan emosional ini harus terus diupayakan oleh guru dengan
mengintegrasikan dalam setiap rancangan pembelajaran untuk mengembangkan
kompetensi sosial emosional siswa sehingga membentuk siswa yang memiliki
kemampuan sosial dan emosional yang baik.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan
lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah
agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis
(well-being), 3 hal mendasar dan penting
yang saya pelajari adalah:
Pentingnya PSE untuk peningkatan kompetensi
sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif,
peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan
lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan
pencapaian akademik yang lebih baik.
Berkaitan
dengan no 2, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah
bagi
murid-murid:
Perubahan yang akan coba saya
lakukan untuk meningkatkan KSE (Keterampilan Sosial dan Emosional) bagi siswa
adalah dengan cara melibatkan mereka secara
aktif dalam berbagai kegiatan dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional terutama
dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Berikut adalah beberapa kegiatan yang akan
coba saya lakukan:
1. Mengembangkan sikap empati (KSE
Keterampilan Berelasi)
Bentuk Kegiatan :
§ Diskusi tentang perasaan
dan emosi misalnya dengan mengajak siswa untuk mengungkapkan tentang perasaan
mereka secara jujur dan mau berbagi
pengalaman, serta saling menghargai dengan mendengarkan satu sama lain.
§ Menggunakan metode
bermain peran yang dapat melibatkan emosi untuk mengembangkan sikap empati kepada
orang lain
2. Meningkatkan kemampuan dalam
berkolaborasi dengan baik (KSE Keterampilan Berelasi)
Bentuk Kegiatan :
§ Melaksanakan proyek yang
dapat dikerjakan secara kolaboratif. Proyek berbentuk tugas yang mengharuskan
adanya kerja sama, pembagian tugas yang efektif serta dapat melatih kemampuan
komunikasi efektif dalam mengemukakan ide dan gagasannya nanti.
§ Menerapkan metode
permainan kelompok. Pada permainan ini diharapkan dapat melatih serta mendorong
setiap siswa untuk berkolaborasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
bagi
rekan sejawat:
Perubahan yang akan saya
terapkan di sekolah dalam meningkatkan keterampilan sosial dan emosional bagi
rekan sejawat adalah selalu menjalin hubungan yang positif sehingga sikap empati
antara rekan sejawat dapat terlihat sehingga tercipta lingkungan kerja yang
positif.
Bentuk
kegiatan yang dapat dilakukan adalah mendorong kepala sekolah untuk mengadakan
pelatihan bagi guru di sekolah yang bersifat internal dengan pembahasan materi
yang dipelajari terkait pengembangan empati, saling menghargai dan memahami
perbedaan pendapat atau ide gagasan yang dimiliki setiap rekan guru di sekolah.
Selain
itu program pemberian umpan balik secara konsisten antara rekan guru dapat
disikapi positif oleh semua guru. Umpan balik yang dimaksud adalah umpan balik
yang konstruktif yang dapat meningkatkan keterampilan sosial emosional setiap
guru.
Perubahan
selanjutnya adalah menghindari konflik antar rekan sejawat dengan meningkatkan
kemampuan dalam komunikasi efektif sehingga terhindar dari kesalahpahaman yang dapat
memantik sebuah konflik lebih luas lagi.
Saling
berbagi antar Guru sehingga semua guru dapat belajar cara mengatasi konflik
dengan rekan kerja, siswa, dan orangtua dengan cara yang konstruktif. Dengan
pengelolaan konflik yang baik dapat membantu menciptakan lingkungan yang positif
sesuai dengan tujuan dari penerapan pembelajaran sosial emosional.
Ketika
pendekatan KSE ini dilakukan pada rekan
sejawat kemudian dapat dikuasai dengan
baik maka guru akan lebih mudah dalam
mengondisikan siswa dan akan berdampak positif pada kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan.