KOLEKSI BUKU

Halaman

Jumat, 18 Agustus 2023

KONEKSI ANTAR MATERI 2.2

                                  

1.        Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?

Pemimpin pembelajaran memiliki  peran penting dalam mengarahkan, mengelola, dan mendorong proses pembelajaran. Pemimpin pembelajaran bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif, mendorong partisipasi aktif siswa, merancang pengalaman pembelajaran yang menarik, memberikan bimbingan, memberikan umpan balik, dan mengidentifikasi kesempatan untuk pengembangan diri siswa. Dalam melakukan perannya tersebut seorang guru harus memahami pembelajaran sosial dan emosional. Karena dengan memahami pembelajaran sosial dan emosinal akan mampu menjadi pemimpin pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa, mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa, dan menciptakan suasana yang mendukung eksplorasi dan pemecahan masalah sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat

  1. Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Sikap positif tersebut harus menjadi fokus perubahan dalam bersikap yang harus diimplementasikan oleh kita sebagai guru yang ingin merancang sebuah proses pembelajaran dengan berpihak pada murid. Hal ini memiliki relevansi dengan urgensi dari pembelajaran sosial emosional yaitu terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik.

 

2. Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?

Pembelajaran sosial dan emosional memiliki relevansi dengan filosofis Ki Hajar Dewantara yang kita pelajari pada modul-modul sebelumnya. Hal ini terlihat  dalam konsep pendidikan yang holistik dan berfokus pada pengembangan karakter serta potensi bakat dan minat peserta didik. Ki Hajar Dewantara dalam pemikirannya memiliki pandangan di dalam melaksanakan proses pembelajaran harus berupaya   melibatkan aspek sosial, emosional, dan karakter sehingga tercipta  proses pendidikan humanisme atau memanusiakan manusia.

Selain itu pembelajaran sosial emosional  akan mengembangkan keterampilan siswa dalam bersikap positif seperti  empati, tanggung jawab, dan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Hal ini sesuai dengan pemikiran KI Hajar Dewantara yakni guru selain mngembangkan kognitif murid pembentukan karakter berupa etika yang sesuai dengan nilai-nilai profil pelajar pancasila harus menjadi perhatian para guru. Karena menurut beliau pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang bagaimana mengelola emosi dan berinteraksi dengan lingkungan sosial. Pembelajaran sosial dan emosional mengajarkan keterampilan mengenali emosi, mengatasi stres, dan berkomunikasi secara efektif dalam interaksi sosial. Dari hasil proses pembelajaran dengan sosial emosional ini akan secara otomatis menumbuhukan budaya positif dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

Kita mengetahui bahwa filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menekankan pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung (learning by doing). Pembelajaran sosial dan emosional juga mendorong siswa untuk belajar melalui pengalaman sosial, seperti kerjasama dalam kelompok, berbicara di depan umum, dan memecahkan masalah bersama secara kontekstual sehingga siswa dapat mengalami langsung dan merasakan serta menerapkan materi yang dipelajari di sekolah untuk dilakukan aksi nyata dalam kehidupan sehari-harinya.

Pembelajaran sosial dan emosional  melibatkan pengenalan nilai-nilai budaya, toleransi, dan penghargaan terhadap keragaman. Dengan mengimplementasikan pembelajaran sosial dan emosional kita sebagai guru sudah melakukan proses pembelajaran diferensiasi akan dalam merancang strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan akan selalu memperhatikan kebutuhan, minat dan  profil belajar murid. Sehingga PSE dan Pembelajaran diferensiasi ini akan sinergis dalam mencapai pendidikan yang bermakna dan berdampak positif dalam kehidupan siswa.

 

KESIMPULAN

Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa pembelajaran sosial dan emosional ini hanyalah pelengkap dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk mengkondisikan siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran sehingga dengan mengkondisikan siswa terlebih dahulu akan mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan lebih baik.

Setelah mempelajari modul ini, ternyata pembelajaran sosial dan emosional ini bukan hanya pelengkap dan sekedar mengisi kegiatan pembelajaran agar lebih kreatif, namun lebih daripada itu pembelajaran sosial dan emosional ini harus terus diupayakan oleh guru dengan mengintegrasikan dalam setiap rancangan pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi sosial emosional siswa sehingga membentuk siswa yang memiliki kemampuan sosial dan emosional yang baik.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being),  3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:

Pentingnya PSE untuk peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik.

Berkaitan dengan no 2, perubahan yang akan saya terapkan di  kelas dan sekolah

bagi murid-murid:

Perubahan yang akan coba saya lakukan untuk meningkatkan KSE (Keterampilan Sosial dan Emosional) bagi siswa adalah dengan cara  melibatkan mereka secara aktif dalam berbagai kegiatan dalam mengembangkan  keterampilan sosial dan emosional terutama dalam proses pembelajaran yang dilakukan.  Berikut adalah beberapa kegiatan yang akan coba saya lakukan:

1. Mengembangkan sikap empati (KSE Keterampilan Berelasi)

Bentuk Kegiatan :

§  Diskusi tentang perasaan dan emosi misalnya dengan mengajak siswa untuk mengungkapkan tentang perasaan mereka secara jujur dan mau  berbagi pengalaman, serta saling menghargai dengan  mendengarkan satu sama lain.

§  Menggunakan metode bermain peran yang dapat melibatkan emosi untuk mengembangkan sikap empati kepada orang lain

2. Meningkatkan kemampuan dalam berkolaborasi dengan baik (KSE Keterampilan Berelasi)

Bentuk Kegiatan :

§  Melaksanakan proyek yang dapat dikerjakan secara kolaboratif. Proyek berbentuk tugas yang mengharuskan adanya kerja sama, pembagian tugas yang efektif serta dapat melatih kemampuan komunikasi efektif dalam mengemukakan ide dan gagasannya nanti.

 

§  Menerapkan metode permainan kelompok. Pada permainan ini diharapkan dapat melatih  serta  mendorong  setiap siswa untuk berkolaborasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

bagi rekan sejawat:

Perubahan yang akan saya terapkan di sekolah dalam meningkatkan keterampilan sosial dan emosional bagi rekan sejawat adalah selalu menjalin hubungan yang positif sehingga sikap empati antara rekan sejawat dapat terlihat  sehingga tercipta lingkungan kerja yang positif.

Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah mendorong kepala sekolah untuk mengadakan pelatihan bagi guru di sekolah yang bersifat internal dengan pembahasan materi yang dipelajari terkait pengembangan empati, saling menghargai dan memahami perbedaan pendapat atau ide gagasan yang dimiliki setiap rekan guru di sekolah. 

Selain itu program pemberian umpan balik secara konsisten antara rekan guru dapat disikapi positif oleh semua guru. Umpan balik yang dimaksud adalah umpan balik yang konstruktif yang dapat meningkatkan keterampilan sosial emosional setiap guru.

Perubahan selanjutnya adalah menghindari konflik antar rekan sejawat dengan meningkatkan kemampuan dalam komunikasi efektif sehingga terhindar dari kesalahpahaman yang dapat memantik sebuah konflik lebih luas lagi.

Saling berbagi antar Guru sehingga semua guru dapat belajar cara mengatasi konflik dengan rekan kerja, siswa, dan orangtua dengan cara yang konstruktif. Dengan pengelolaan konflik yang baik  dapat  membantu menciptakan lingkungan yang positif sesuai dengan tujuan dari penerapan pembelajaran sosial emosional.

Ketika pendekatan KSE ini dilakukan  pada rekan sejawat  kemudian dapat dikuasai dengan baik maka guru akan lebih mudah  dalam mengondisikan siswa dan   akan berdampak positif pada kegiatan  proses pembelajaran yang dilakukan.

 

Minggu, 13 Agustus 2023

ARTIKEL AKSI NYATA MODUL 1.4

IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

 MELALUI KEYAKINAN KELAS DI SD NEGERI NEGLASARI

Disusun Oleh:

Septian Saepul Rohman, S.Pd.SD.,Gr  

Calon Guru Penggerak Angkatan 8  SD Negeri  Neglasari  Kec. Tanjungsari Kab. Bogor

 

 

A. LATAR BELAKANG

Di era saat ini, peserta didik kita  mengalami berbagai perubahan dalam cara mereka berinteraksi dengan lingkungan, belajar, dan berperilaku. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya perkembangan teknologi dengan akses informasi yang begitu cepatnya serta pola interaksi signifikan pada media sosial.  Faktor-faktor tersebut menjadi latar belakang kondisi peserta didik kita saat ini mengalami  perubahan perilaku yang berbeda sehingga  perlu menjadi perhatian para pendidik untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan proses pendidikan di sekolah. Berikut ini adalah penjelasan terkait dengan faktor tersebut:

 

1.      Perkembangan Teknologi:

Perkembangan  teknologi dan akses mudah ke internet telah mengubah cara peserta didik kita dalam  mendapatkan informasi, berkomunikasi, dan belajar. Banyak waktu yang mereka habiskan dengan penggunaan  perangkat digital, seperti smartphone, tablet, dan komputer. Hal ini telah berdampak pada perilaku mereka, termasuk pola tidur yang terganggu akibat waktu layar yang berlebihan dan peningkatan interaksi melalui platform media sosial sehingga hal ini berpengaruh terhadap gaya belajar mereka.

2.      Akses Informasi yang Cepat:

Semakin mudahnya informasi yang diperoleh peserta didik memiliki peluang untuk memperluas pengetahuannya di luar lingkungan sekolahnya. Namun dalam sisi negatifnya peserta didik kita berkaitan dengan dampaknya adalah dapat mendorong perilaku yang malas dalam berusaha  dan kurangnya ketekunan dalam menjalani proses belajar yang lebih utuh dan kompleks. Serta banyaknya konten dalam informasi tersebut yang bersifat negatif dan ditiru oleh peserta didik kita yang belum punya keyakinan dalam melakukan kekonsistenan dalam berperilaku positif.

 

Dengan berbagai faktor ini, perilaku peserta didik kita  di era saat ini menjadi semakin kompleks dan beragam. Pendidik, orang tua, dan masyarakat perlu berkolaborasi dan peduli untuk memahami perubahan ini dan memberikan proses pendidikan  yang tepat agar peserta didik kita  dapat mengembangkan perilaku yang positif, adaptif, dan mampu mengatasi permasalahan yang ditemuinya dalam  menghadapi tantangan zaman moderen.

Idealnya sebuah sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi peserta didik. Hal ini memiliki relevansi dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pembelajaran itu harus berfokus pada perkembangan murid yang holistik baik itu yang bersifat kognitif maupun non kognitif.

Hal yang dapat kita mulai lakukan adalah mengimplementasikan budaya positif di sekolah Budaya positif di sekolah dapat dibangun dengan membentuk keyakinan kelas dan menerapkan segitiga restitusi. Dengan budaya positif kita akan mampu mendisiplinkan peserta didik tanpa hukuman dan pemberian reward bagi peserta didik yang berperilaku seuai dengan keyakinan kelas yang disepakati. Dalam budaya positif ini penerapan segitiga restitusi menjadi sangat penting dan sangat baik untuk diimplementasikan dalam mewujudkan budaya positiif di sekolah sehingga pembentukan karakter peserta didik yang positif akan dapat lebih mudah terwujud.

 

B. TUJUAN

1.   Mengimplementasikan budaya positif dilingkungan SD Negeri Neglasari untuk membentuk profil pelajar pancasila.

2.   Menanamkan nilai kebajikan melalui  keyakinan dan kesepakatan kelas yang sudah disepakati bersama.

3.   Mengintegrasikan nilai-nilai profil pelajar pancasila melalui budaya positif.

4.   Menggunakan segitiga restitusi sebagai pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan ketidakdisiplinan siswa.

5.   Menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri setiap peserta didik.

6.   Melatih peserta didik dalam menemukan solusi dalam menyelesaikan sebuah  permasalahan yang dihadapi.

 

C. TOLOK UKUR

1.  Dapat diterapkannya penggunaan pendekatan disiplin positif dalam menyelesaikan permasalahan ketidakdisiplinan peserta didik.

2.   Dapat diimplementasikannya pendekatan segitiga restitusi sebagai cara menangani ketidakdisiplinan siswa.

3.   Terbentuknya keyakinan  dan kesepakatan kelas untuk mewujudkan budaya positif. 

4.   Terwujudnya budaya positif di kelas/sekolah secara konsisten di setiap kelas.

 

E. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

1.    Adanya kolaborasi yang positif dengan orang tua/wali peserta didik.

2.    Keteladanan yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah dalam menciptakan budaya positif di sekolah.

3.    Tersedianya sarana prasarana untuk menunjang kelancaran dalam me

4.    Kerjasama Kepala Sekolah, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan agar dapat konsisten dalam menerapkan budaya positif

 

F. DESKRIPSI AKSI NYATA

Dalam melaksanakan aksi nyata ini, saya memulai dari koordinasi dengan kepala sekolah dan berdiskusi dengan guru lainnya. Kegiatan  koordinasi ini saya lakukan untuk menyampaikan perencanaan yang saya buat terkait aksi nyata 1.4 . Aksi nyata ini terdiri dari dua kegiatan yang harus dikerjakan oleh para CGP. Yang pertama mengimplementasikan budaya positif di kelas kita dan kedua mendiseminasikan kembali kepada rekan guru lainnya sehingga budaya positif ini dapat dilakukan di semua kelas.

Pada aksi nyata 1.4 ini yang terkait dengan implementasi di kelas, saya membuat sebuah kesepatan dan keyakinan kelas sebagai dasar dalam pelaksanaan budaya positif. Sedangkan dalam aksi nyata 1.4. terkait dengan perencanaan  Diseminasi Budaya Positif yang diajukan terlaksana pada hari sabtu, 5 Agustus 2023 bertempat di SD Negeri Mekarsari kecamatan Tanjungsari.

Selanjutnya kami mempersiapkan kegiatan diseminasi yang meliputi, materi dalam bentuk power point, undangan, daftar hadir, dan lain – lain yang disimpan di googledrive sehingga semua pendidik dapat melihat dan mengunduhnya dengan seksama.

Kegiatan Diseminasi Budaya Positif  dihadiri oleh kepala sekolah dan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan dari SD Neglasari dan SDN Mekarsari. Dalam kesempatan ini kepala sekolah  menyampaikan bahwa Diseminasi Budaya Positif merupakan kegiatan penting untuk dapat diikuti oleh semua guru sehingga tidak kaku lagi dalam mendisiplinkan peserta didiknya dengan menghindari sanksi atau hukuman.

Harapan Ibu Kepala Sekolah dari pelaksanaan diseminasi budaya positif ini dapat dipahami oleh semua guru – guru di SD Negeri Neglasari dan SD N Mekarsari sehingga dapat terimplementasikan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Sehingga semangat dari kurikulum merdeka dalam membentuk profil pelajar pancasila dapat terwujud.

 

 

G. HASIL DARI AKSI NYATA

Hasil dari aksi nyata yang dilakukan berupa  diseminasi budaya positif  menghasilkan sebuah pemahaman yang utuh bagi para guru dalam melakukan proses pendisiplinan kepada peserta didik tanpa harus dengan hukuman atau sanksi.  Selain itu para guru memiliki gambaran secara tekniksnya bagaimana melakukan pendekatan strategi segitiga restitusi untuk mendisiplinkan peserta didik dengan konsep budaya positif. Terkait dengan kesepakatan kelas dan keyakinan yang dibuat oleh guru, para guru diberikan keleluasaan untuk berbagi ide dan gagasan dalam mengemukakan contoh strategi kesepakatan atau keyakinan kelas yang akan dibuat di kelasnya masing-masing sehingga dapat menunjang proses pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan serta berpihak pada murid.

 

H. PEMBELAJARAN YANG DI DAPAT DARI AKSI NYATA

Pembelajaran yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan aksi nyata ini kami dapat berkolaborasi, bertukar ide gagasan dan saling mendukung dalam upaya mengimplementasikan budaya positif di kelas.

Saya menyadari bahwa untuk melakukan sebuah perubahan tidak cukup dilakukan sendiri namun butuh dukungan dan kolaborasi dari rekan-rekan guru lainnya. Sehingga yang menjadi visi dan misi sekolah dapat terwujud dan sebagai realisasi dari prakarsa perubahan yang telah ditetapkan.

 

I. RENCANA PERBAIKAN

Hasil dari refleksi maupun evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang memang harus diperbaiki. Pertama terkait dengan kepemimpinan pembelajaran, guru harus mulai meningkatkan kekonsistenan untuk melakukan budaya positif di kelasnya dengan berpedoman pada keyakinan kelas yang telah disepakatinya. Terkait dengan rencana ke depan saya dan rekan guru di sekolah akan terus berupaya menciptakan sebuah proses pembelajaran yang berpihak pada murid dan dapat mengembangkan kompetensi yang dimiliki peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.

Harapan saya bersama rekan guru di sekolah di dalam implementasinya dalam menerapkan budaya positif dapat terus dilakukan secara kolaboratif  dan mendapat dukungan dari kepada Sekolah. Selain itu seoga kedepannya akan banyak pelatihan yang dapat diikuti oleh semua guru di sekolah kami sehingga dapat menguatkan pemahaman saya terkait dengan budaya positif ini.

 

 

 

J. DOKUMENTASI KEGIATAN MEMBUAT KEYAKINAN KELAS






K. DOKUMENTASI  KEGIATAN  DISEMINASI BUDAYA POSITIF